PEMBICARAAN RASULLULLAH DENGAN MALAIKAT JIBRAIL TENTANG HISAB HARI KIYAMAT 

PEMBICARAAN RASULLULLAH DENGAN MALAIKAT JIBRAIL TENTANG HISAB HARI QIYAMAT 



Diriwayatkan dari Aly radhiyallahu ta’ala ‘anhu bahwa dia berkata: “saya sedang duduk bersama Nabi, sedang beliau berbicara kepada kami tentang ceritanya Nabi Israil dan umat yang terdahulu.

 Kemudian beliau berkata kepada kami dalam akhir sabdanya: “Hai Aly sungguh Malaikat Jibrail telah di utus oleh Allah ta’ala agar memberitakan kepada saya tentang umat saya; maka Jibrail berkata: “Hai Muhammad, sesungguhnya di kalangan umatmu ada beberapa oran laki-laki yang berhenti di haribaan Allah ta’ala diwaktu hisab; kemudian mereka berbcara kepada Allah, sebagaimana seorang musuh berbicara kepada musuhnya”.

 Kata saya (Nabi) : “Hai saudara, Hai Jibrail, apakah ada orang yang bisa demikian itu ?”

 Kata Jibrail : “Ya, bisa, hai Rasulullah”.

 Kata saya : “Beritahukanlah mereka itu kepada saya, hai saudara Jibrail !”.

 Kata Jibrail : “Mereka itu panjang ceritanya, sehingga saya minta izin dahulu kepada Tuhanku dan aku akan datan lagi kepadamu”. Maka sesaat, Jibrail menghilang, kemudian atang lagi sambil tertawa.

 Kata saya : “Apa yang menyebabkan engkau tertawa, hai saudara Jibrail ?”

 Kata Jibrail : “Hai Muhammad, sungguh dalam saat yang sekejap ini telah terjadi beberapa cerita yang mengagumkan”.

 Kata saya : “Apakah itu ?”

 Kata Jibrail : "Cerita pertama yang aku janjikan kepada engkau hai Rasulullah, maka hendaklah engkau ketahui hai Muhammad, apabila telah datang hari Qiyamat, maka Allah ta’ala menganugerahkan kepada tiap-tiap orang akan kitabnya masing-masing. Lalu tiap-tiap orang mengambil kitabnya sendiri-sendiri dan melihatnya serta membacanya. Maka dia menjadi tahu apa-apa yang tercatat di dalamnya yang baik dan yang buruk.

 Kemudian Allah ta’ala berfirman : “Hai hambaKu, apakah engkau sudah membaca kitab cacatan amalmu ?”.

 Si hamba itu menjawab : “Ya sudah; akan tetapi ini yang tertulis dikitab saya ini, saya tidak mengerjakannya sama sekali”.

 Maka Allah ta’ala berfirman : “Hai hambaKu, apakah ada selain engkau yang mengerjakannya ?” 

Kata hamba itu : “Wahai Tuhanku, aku tidak tahu”.

Allah berfirman : “Sungguh Malaikat Kiraman Katibin telah memperhitungkan bagimu/mencatat amal perbuatanmu dan engkaulah yang pura-pura lupa”.

 Maka hamba itu menjawab : “Wahai Tuhanku, sungguh Malaikat Kiraman Katibin juga para hambaMu, mereka mengatakan sekehendak mereka sendiri dan mereka tidak mengabaikan Engkau bersama aku. Maka kalau hal itu memang menjadi keharusan, maka Engkau adalah hakim yang maha adil, jangan Engkau bertindak tanpa bukti”.

 Lalu Allah ta’ala berfirman : “Hai hambaKu, siapakah yang akan menjadi saksi bagimu, sedang semua mereka adalah para hambaKu, dan engkau telah menolak Malaikat Kiraman Katibin beserta buku catatan mereka ?”

 Hamba itu menjawab : “Ya, wahai Tuhanku, saya tidak mau menerima para saksi tehadap saya kecuali dari saya sendiri”.

 Maka Allah ta’ala berfirman : “Apabila engkau telah datang dengan bukti, apakah engkau mau menerima dan mau mengakui ?”.

 Hamba itu menjawab : “Ya mau, wahai Tuhanku”.

 Lalu Allah ta’ala berfirman kepada lisannya : Dengan kekuasaanKu, berkatalah engkau hai lisan dan jangan mengatakan kecuali yang benar; karena sekarang ini adalah hari terhapusnya perkara yang batal”. Kemudian lisan itu berkata apa-apa yang telah diperbuat selama didunia yang jelek dan yang baik.

 Kata hamba itu : “Tuhanku, Bagindaku dan Pemimpinku, Engkau maha tahu bahwa sesungguhnya saya tidak memerlukan hakim dari lisan, dan lisan itu tabi’atnya memang berbicara dan saya tidak mau menerima persaksiannya itu; maka sesungguhnya dia adalah musuhku ketika didunia. Dan semua yang terjadi pada saya daripada dosa adalah dia yang menjadi sebabnya. Sungguh Rasulullah utusan Engkau telah bersabda sebagai pemberitaan tentang lisan : “Lisan itu menjadi musuh manusia”. Dan Engkau akan memberikan hukum dengan adil serta Engkau tidak akan menerima persaksian dar seorang musuh terhadap lawannya”.

 Maka Allah ta’ala berfirman : “Aku mempunyai saksi terhadap kamu selain lisan, yang dari kamu sendiri; apa yang akan engkau kata”.

 Kata hamba itu : “Saya tidak akan berbicara sesudah itu wahai Tuhanku”.

 Maka Allah ta’ala berfirman kepada kedua tangannya : “Berkatalah kamu keduanya apa-apa yang telah diperbuat oleh hambaKu !”. Kedua tangan pun mengatakan apa-apa yang telah diperbuat oleh hamba itu dngan kedua tangannya serta menjad saksi keduanya.

 Maka hamba itu berkata : “Tuhanku, Bagindaku dan Pemimpinku, sunguh Engkau telah mengutus seorang utusan kepada kami dan dia mensyari’atkan suatu peraturan dan telah kami ikutinya dengan izin Engkau sehingga aku bisa mengatakan : “Barang siapa mentaati Rasul, maka sungguh dia telah mentaati Allah”.

 Maka Allah ta’ala berfirman : “Hai hambaKu, apakah yang telah disyari’atkan oleh RasulKu ?” 

Hamba itu berkata : “Sungguh dia Rasul telah bersabda : “Seorang saksi dalam pembuktian suatu perkara itu tidak cukup dan dua tanganpun satu saksi, maka tidak cukup dan tinggal saksi yang kedua”.

 Allah ta’ala berfirman : “Kalau saksi kedua menjadi saksi terhadap kamu, apakah engkau mau memberikan pernyataan dan mau mengakui ?”.

 Maka hamba itu menjawab : “Ya, mau”.

 Maka Allah ta’ala berfirman kepada kakinya : “Apakah yang akan engkau katakan ?, katakanlah apa-apa yang telah diperbuat oleh hambaKu itu dan persaksikanlah dengan sebenarnya !”.

 Kaki itu dengan kekuasaan Allah bisa berbicara lalu berkata : “Sungguh hamba ini telah berjalan dan berbuat baik dan juga berbuat buruk”. Dan kaki itupun mempersaksikan apa-apa yang telah diperbuat oleh hamba itu.

 Hamba itu berpaling kepada seluruh anggotanya sendiri dengan kebingungan serta mencercanya dan berkata : “Hai semua anggotaku, bukanlah saya ini selain kamu sekalian, bahkan sayapun kamu sekalian dan kamu sekalipun saya. Saya membantah Tuhanku adalah untuk kepentinganmu sekalian. Maka saya tidak pernah tahu yang lebih bodoh daripada kamu sekalian, saya membela kamu sedangkan kamu sekalian menyediakan dirimu kedalam neraka”.

 Mereka semua anggota berucap : “Engkau telah mengatakan kami bodoh dan lupa dan kami tidak melihat orang yang lebih bodoh dari pada engkau, sesungguhnya kami adalah diperintah, dan Allah telah menjadikan kami bisa berbicara, Yang Dia juga kuasa menjadikan segala sesuatu bisa berbicara”.

 Kemudian hamba itu menjadi bimbang lagi termangu serta malu. Maka Allah ta’ala menyuruh Malaikat Zabaniyah menyeret hamba itu.

 Hamba itu berkata : “Wahai Tuhanku, maha kasih sayang Engkau ?, sedang Engkau adalah Dzat yang paling kasih sayang.

 Allah ta’ala berfirman : “RahmatKu untuk orang yang menyerah. Kalau sekiranya suda ada pengakuan dari kamu, maka tercapailah setengah dari pada kasih sayangKu”.

 Hamba itu berkata : “Wahai Tuhanku, sungguh sayalah yang lengah dan saya mengakui, akan tetapi rasa takut saya kpada neraka menjadikan itu semua”.

 Maka Allah ta’ala berfirman : “Hai para MalaikatKu teruskanlah hambaKu ini ke Sorga, maka aku sesungguhnya telah mengampuni dia dan Aku memaafkan dia”.

Dan para Malaikat itupun berkata : “Adalah manusia itu lebih banyak bantahnya, “masuklah kamu sekalian kedalam sorga dengan sejahtera lagi aman”.

 Inilah pembicaraan Jibrail dengan Rasulullah.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama